Widget HTML Atas

.

Dinas Pendidikan Diminta Ikut Antisipasi Bahaya Skip Challenge

Dinas Pendidikan Diminta Ikut Antisipasi Bahaya Skip Challenge-- JAKARTA - Video viral skip challenge yang dilakukan oleh sejumlah siswa telah meresahkan guru dan orangtua. Pasalnya, permainan dengan cara menekan dada sekeras mungkin tersebut berbahaya, bahkan bisa menimbulkan kematian.

Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti menyebut, baik lingkungan sekolah maupun keluarga perlu melarang aksi skip challenge. Jika perlu, ada surat edaran khusus dari dinas pendidikan.
"Kalau perlu dinas-dinas pendidikan mengeluarkan larangan permainan ini ke sekolah-sekolah," ucapnya kepada Okezone, Jumat (17/3/2017).

Guru SMAN 13 Jakarta itu menjelaskan, anak-anak harus mendapatkan perlindungan dari sekolah dan orangtua. Oleh sebab itu, sosialisasi mengenai dampak skip challenge sangat dibutuhkan.
"Risiko akan bahaya permainan ini perlu disosialisasikan. Siswa harus paham bahwa nyawa jangan dijadikan permainan," sebutnya.

Sebagai seorang guru, Retno sudah melakukan pencegahan kepada para siswanya. Sementara menurut dia, siswa-siswi di sekolah tempatnya mengajar belum pernah melakukan permainan tersebut.
"Saya tanya ke mereka setelah tahu bahayanya mau mencoba atau tidak. Mereka jawabnya tidak, karena masih banyak permainan yang lebih aman untuk dilakukan," pungkasnya.

Pemerhati anak, Setyo Mulyadi atau yang akrab disapa Kak Seto menilai pentingnya peran guru dan orangtua sebagai sahabat anak dan remaja.
"Para guru harus menjadi sahabat bagi murid. Kelebihan anak seharusnya dihargai. Entah penghargaan dalam musik, olahraga, tari sama seperti penghargaan dalam matematika, fisika, dan bukan hanya ranking sekolah saja. Kenyataanya banyak anak yang dulu sukses di sekolah tapi tidak sukses di masyarakat. Sebaliknya dulu ada yang biasa saja tapi sukses di masyarakat," ujar Kak Seto kepada Okezone, Kamis (16/3/2017).

Kak Seto menilai aksi itu dilakukan siswa karena hilangnya penghargaan kepada pelajar sebagai generasi muda oleh para pelaku pendidikan.
"Anak ini kan suka tantangan, kehebatan, tetapi selama ini tidak diapresiasi lingkungan. Justru mereka ditekan dari aspek akademik, nilai harus bagus, rapot sekolah harus baik. Sementara mereka yang suka tari, musik, olahraga kurang diapresiasi, akhirnya mereka pilih ini (skip challenge)," ujar Kak Seto saat dihubungi Okezone, Kamis (16/3/2017).

Oleh karenanya, sambung dia, peran guru dan orangtua diperlukan sebagai sahabat bagi mereka. Sehingga siswa tidak hanya menerima penekanan-penekanan atau tuntutan-tuntutan akademik saja.
"Baik orgtua guru harus memainkan peran sebagai sahabat anak dan remaja, mereka perlu sahabat bukan untuk dimarahi, dihina dan sebagainya," tuturnya.

Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) itu menekankan agar pelajar pandai dalam memilih permainan, tidak melakukan permainan yang justru berbahaya bagi tubuhnya.
"Iya mereka harus pandai memilah mana yang baik mana yang tidak," tuturnya.

Dr Eni Gustina, MPH, Direktur Kesehatan Keluarga Kemenkes RI, menilai aksi skip challenge berbahaya bagi tubuh.
"Padahal otak kita dalam waktu 8 detik tidak mendapatkan oksigen, bisa terjadi kerusakan pada sel-sel otaknya," jelas dr Eni.
Ketika dada ditekan, maka tubuh tidak mendapatkan pasokan oksigen. Hal ini bisa berakibat kematian pada sel-sel otak dan berpengaruh pada kemampuan berpikirnya.

Sebelumnya, Mendikbud Muhadjir Effendy secara tegas melarang seluruh siswa melakukan tantangan semacam itu. Bahkan, dia menginstruksikan kepada para guru dan kepala sekolah untuk memerhatikan aktivitas siswa di lingkungan sekolah. Sayangnya, sejumlah siswa justru menganggap tantangan tersebut merupakan pengalaman yang menegangkan dan menyenangkan. Tak heran, saat ini video yang mempertunjukkan siswa melakukan skip challenge menjadi viral.

Sumber: okezonecom
Jika berkenan mohon bantu subscribe channel admin, makasiiiihh!!