Widget HTML Atas

.

Mengenal Ciri-ciri Persamaan, Perbedan, dan Contoh Polisemi, Homonim, Homofon, dan Homograf

Mengenal Ciri-ciri Persamaan, Perbedan, dan Contoh Polisemi, Homonim, Homofon, dan Homograf---- Masih ingat kan penggunaan kata pagi dalam arsip Pelajaran Bahasa Indonesia di Jari Kamu mengenai wawancara imajiner saya dengan pelatih Nil Maizar dan Jacksen F. Tiago di ajang Perang Bintang ISL 2011 lalu? (Silakan baca lagi di SINI). Nah, kata pagi yang digunakan dalam wawancara tersebut merpakan contoh polisemi.
Polisemi adalah istilah untuk penggunaan dua kata atau lebih yang memiliki bentuk yang sama namun masih memiliki hubungan makna. Polisemi berbeda dengan Homonim, Polisemi digunakan secara konotatif (kecuali kata induknya).

Berikut contohnya:

Para pemain harus latihan pagi ini.
Terlalu pagi untuk membicarakan taktik bermain.

Kena sikut pemain lawan, mulutnya langsung berdarah.
Jika lawan melakukan tendangan bebas, harus ada pemain lain selain kiper yang berdiri di mulut gawang.

Yang memakai nomor 23 di tim Setan Merah itu, anak saya.
Di sisi lapangan perlu disediakan banyak anak gawang.

Bambang memang jago kalau urusan membuat gol dengan sundulan kepala.
Rahmad Dharmawan sudah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai pelatih kepala di timnas U-23.

Karena lokasi latihan jauh, para pemain terpaksa latihan di halaman hotel.
Pelatih mana yang suka membuka-buka halaman buku catatan ketika timnya bertanding?

Dari jauh, terlihat Wim sedang turun dari balkon VVIP.
Sejak aktif di luar sepak bola, popularitas Irfan Bachdim agak sedikit turun.

Kaki pemain Thailand itu besar sekali.
Pandangannya nanar ke arah kaki bukit di belakang stadion.

Polisemi sering ditumpangtindihkan dengan Homonim. Padahal, polisemi berbeda dengan Homonim.
Ciri-ciri Polisemi:
1. Berasal dari satu kata
2. Ada hubungan makna
3. Digunakan secara konotatif kecuali kata induknya

Contoh: Sambil memegang mulutnya yang berdarah, ia berdiri di mulut pintu.
Penggunaan kata 'mulut' masih memiliki hubungan makna: sama-sama tempat keluar masuk.
Kata mulut yang pertama, bermakna denotatif, kata mulut yang kedua bermakna konotatif.

Bandingkan dengan Homonim: Walau terkena bisa ular, ia masih bisa bernafas.
Penggunaan kata 'bisa' memiliki perbedaan makna: 1) racun, 2) dapat.

Keterangan:
Konotatif= makna kiasan/makna tambahan
Denotatif=makna sebenarnya

PERBEDAAN POLISEMI DENGAN HOMONIM:
NOPOLISEMIHOMONIM
1Berasal dari satu kataBerupa dua kata atau lebih
2Ada hubungan maknaTidak ada hubungan makna
3Digunakan secara konotatif kecuali kata induknyaDigunakan secara denotatif

Keterangan:
Konotatif= makna kiasan/makna tambahan
Denotatif=makna sebenarnya/makna asal

Contoh Polisemi: Sambil memegang mulutnya yang berdarah, ia berdiri di mulut pintu.
Penggunaan kata 'mulut' masih memiliki hubungan makna: sama-sama tempat keluar masuk.

Contoh Homonim: Walau terkena bisa ular, ia masih bisa bernafas.
Penggunaan kata 'bisa' memiliki perbedaan makna: 1) racun, 2) dapat.

Homonim, Homofon, dan Homograf
Homo=sama
Fon=bunyi (lafal=ucapan)
Graf=tulisan

Homonim:
Kata yang tulisan dan pelafalannya sama, namun berbeda maknanya.
Ada sebuah cerita, nih. Seorang teman bertanya kepada saya: "Kamu beruang?" Aku lantas terkejut bukan main, kok saya dikatakan beruang? Hampir saja saya marah untung ia langsung sadar akan kekeliruannya dan meralat, "Maksudku, kamu memiliki uang?"
Alhasil, kesalahpahaman tak berlanjut ke hal yang merusak kelangsungan populasi cowok keren gara-gara bonyok.... Hheheh...
Ya, bahasa kita memiliki kata yang berhomonim. Homonim adalah penggunaan dua kata atau lebih yang memiliki bentuk yang sama, pengucapan yang sama, namun memiliki makna yang berbeda. Kata 'beruang' yang dimaksud tersebut, bisa bermakna memiliki uang, bisa bermakna hewan yang buas itu, dan bisa juga bermakna memiliki ruang.

Hampir mirip dengan Polisemi memang. Tak heran kadang-kadang, jika tak memahami betul-betul teori/pengertiannya, kita akan susah membedakan antara Polisemi dengan Homonim karena bentuk katanya yang sama.
Berikut contohnya:

suara sumbang ----- sumbang pakaian
musuh yang tangguh ----- diberi tangguh 1 hari
di dasar sungai ----- dasar anak yang usil
air tawar ----- tawar harga
bulan Desember ----- bulan bersinar
bisa bernafas ----- bisa ular
buku tulis ----- buku bambu
sedang makan ----- berperawakan sedang
lambungku sakit ----- bola lambung ke udara
di muka kelas ----- jerawat di mukanya
minum susu ----- antara kedua susunya
kali Ciliwung ----- jatuh dua kali
orang kikir ----- diasah dengan kikir
bilangan ganjil ----- kelakuannya amat ganjil
amat rapat ----- rapat telah dimulai
harga salak ----- salak anjing
tak beribu ----- beribu terima kasih
daki yang melekat ----- gunung yang kudaki
meraih gelar ----- tikar itu saya gelar
tulisannya kabur ------ narapidana itu telah kabur
dua pasang ----- air pasang
kasur busa ----- air yang banyak busanya

Contoh kalimat berhomonim:
Mengendarai sepeda motor sambil memencet HP rawan kecelakaan dan membahayakan tulang rawan.

Homofon:
Untuk yang satu ini, kita kadang salah menggunakannya. Kata 'hukuman' kerap kali kita ganti dengan kata 'sangsi', padahal bukan kata itu yang dimaksud, seharusnya sanksi. Homofon adalah kata yang pelafalannya sama, namun tulisan dan maknanya berbeda.
Contoh:
1.Bang Ahmad menabung di bank Mandiri.
2.Saya sangsi jika dia akan mendapat sanksi dari pimpinan.
3.Di masa sekarang ini, banyak sekali terjeadi pergerakan massa.
4.Mekanik itu memperbaiki mobil tank dengan sebatang tang saja.
5.Sekalipun kamu menghiba, aku tetap tak memberi kesempatan sekali pun juga.

Homograf:
Kata yang tulisannya sama, namun berbeda pelafalan dan maknanya.
Contoh:
  1. Adik tidak mau tahu pokoknya malam ini dia harus makan tahu (tahu yang pertama dilafalkan sebagai tau, dan tahu yang kedua tetap dilafalkan sebagai tahu).
  2. Daripada kecewa lantaran pertandingan bola malam ini berlangsung seri, ayah lebih memilih nonton film seri (seri yang pertama dilafalkan seperti e pada kata bekas dan seri yang kedua dilafalkan seperti e pada kata sepak).
  3. Pejabat teras itu sedang duduk di teras rumah  (teras yang pertama dilafalkan seperti e pada kata bekas dan teras yang kedua dilafalkan seperti e pada kata sepak).
  4. Dasar memang memiliki mental baja, kiper itu mampu meninju bola hingga mental beberapa meter (mental yang pertama dilafalkan seperti e pada kata sepak dan mental yang kedua dilafalkan seperti e pada kata bekas).
  5. Ia lebih suka menonton film seri daripada menonton siaran bola yang berakhir seri.

Demikian, baru empat kata ini saja yang sempat tercatat di buku notes saya......

Jika berkenan mohon bantu subscribe channel admin, makasiiiihh!!