Widget HTML Atas

.

Detik-detik Kematian Rasulullah SAW

Detik-detik Kematian Rasulullah SAW
Hari Ahad, sehari sebelum wafat, beliau memerdekakan budak-budaknya, dan bersedekah dengan enam atau tujuh dinar yang dimilikinya serta memberikan senjata-senjatanya kepada kaum Muslimin. Di malam harinya ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha membawa lampunya kepada kepada seorang tetangga perempuan. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata kepadanya:”Berikanlah kepada kami sedikit dari minyak yang kamu miliki pada lampu kami ini.”
Baju besi beliau pada saat itu masih tergadaikan kepada orang Yahudi dengan harga tiga puluh sha’ (takaran) gandum.(HR. al-Bukhari hadits ke 2068,2096,2251 dll)

Hari Terakhir
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa pada saat kaum Muslimin shalat shubuh –pada hari senin dan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu menjadi imam mereka, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam secara tiba-tiba mengagetkan mereka dengan membuka tirai kamar ‘Aisyah untuk melihat mereka, sedangkan mereka berada pada barisan (shaf) shalat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tersenyum tertawa, maka Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu pun mundur ke belakang untuk bergabung dengan shaf, karena mengira bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ingin keluar untuk menunaikan shalat. Anas radhiyallahu ‘anhu berkata:”Hampir saja kaum Muslimin tergoda (hingga membatalkan shalat) karena bahagia dengan munculnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberi isyarat denga telunjuknya kepada mereka agar menyempurnakan shalat. Setela itu, beliau masuk ke kamar dan menurunkan/menutup tirainya. (HR.al-Bukhari bab Sakitnya Nabi II/640). Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mendapati lagi waktu shalat yang berikutnya.

Ketika beranjak waktu Dhuha, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memanggil Fathimah radhiyallahu ‘anha, kemudian membisikkan kepadanya sesuatu, dan ia pun menangis.Kemudian memanggilnya lagi dan membisikkan sesuatu yang lainnya, ia pun tertawa. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,’Kami menanyakan (kepada Fathimah) tentang hal itu, yakni pada hari-hari berikutnya, dan Fathiman radhiyallahu ‘anha menjawab:”Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membisikkan keapadaku bahwa bwliau akan meninggal dunia pada sakit yang beliau derita [pada saat itu, sehingga aku menangis, dan membisikkan kepadaku bahwa aku yang pertama kali dari keluarganya yang mengikutinya (meninggal) sehingga aku tertawa.”(HR.al-Bukhari II/638). Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan kabar gembira kepada Fathimah radhiyallahu ‘anha bahwa ia adalah penghulu para wanita di dunia. (Riwayat lain menyebutkan bahwa dialog dan kabar gembira tersebut terjadi bukan pada har terakhir hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tetapi terjadi pada minggu terakhir. Rahmah lil ‘Alamin I/282)

Fathimah telah melihat penderitaan berat yang tengah dialami Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka ia berkata:”Betapa menderitanya Engkau wahai ayahku.” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata:”Tidak ada cobaan lagi yang akan menimpa ayahmu setelah hari ini.” (HR.Bukhari II/641)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memanggil al-Hasan dan al-Husain radhiyallahu’anhuma, kemudian mencium keduanya dan berwasiat kepada mereka untuk selalu berbuat baik. Selanjutnya beliau memanggil istri-istri beliau kemudian menasehati mereka dan mengingatkan mereka.

Penyakit Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam semakin parah dan bertambah berat, dan muncul (pada tubuhnya) pengaruh racun yang pernah beliau makan pada saat perang Khaibar (yaitu racun yang dimasukkan ke dalam daging kambing yang diberikan kepada baliau), dan beliau berkata:”Wahai ‘Aisyah! Aku masih merasakan sakit (akibat racun) makanan yang aku makan pada saat perang Khaibar, sehingga pada saat ini aku merasakan urat nadiku terputus karena racun tersebut.”

Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menutupkan pakaiannya ke wajahnya, kemudian membukanya kembali dan berkata di mana ini merupakan akhir perkataan dan wasiat yang disampaikannya kepada manusia:”Laknat Allah atas orang-orang Yahudi dan Nasharani, mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid.” beliau mengingatkan akan sesatnya perbuatan mereka,”Tidak boleh ada dua agama di bumi Arab ini.”Kemudian beliau berwasiat kepada manusia, seraya berkata:”Jagalah shalat! Jagalah shalat!, dan budak-budak kalian (jangan sekali-kali kalian abaikan).” Beliau mengulang-ulangnya hingga beberapa kali.

Detik-Detik Kematian
Detik-detik kematian telah tiba, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha menyandarkan tubuh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepadanya, ia berkata:”Termasuk nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang dinerikan kepadaku, adalah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat di rumahku, di antara paru-paruku dan tanggorokanku, Allah mengumpulkan antara ludahku dan ludahnya pada saat kematiannya. Abdurrahman bin Abu Bakar masuk, di tangannya ada sepotong siwak, sedangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersandar pada tubuhku, aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memandang siwak tersebut dan aku tahu bahwa ia menyukai siwak, aku berkata kepadanya:”Maukah aku ambilkan untukmu?.” Beliau menganggukkan kepalanya bertanda mengiyakan, kemudian aku berikan siwak tersebut kepadanya, akan tetapi siwak tersebut sangat keras baginya, sehingga aku bertanya kepadanya:”Maukah aku lunakkan untukmu?”Beliau mengisyaratkan dengan kepalanya bertanda mengiyakan, maka aku pun melunakkannya, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menggosokannya pada giginya. Di dalam sebuah riwayat lainnya disebutkan, bahwa beliau bersiwak dengan sebaik-baiknya sebagaimana kita lakukan. Di depan beliau ada sebuah bejana berisi air, lalu beliau memasukkan kedua tangannya ke dalam air tersebut kemudian mengusapkannya ke wajahnya kemudian berkata:”Laa ilaaha illallah, sesungguhnya kematian itu memiliki sekarat.”(HR. al-Bukhari, Shahih Bukhari bab Sakitnya Nabi II/640)

Tak berapa lama selesai bersiwak, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat tangan atau jarinya dan menatapkan pandangannya kea tap, kedua bibirnya bergerak, dan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mendengarkannya, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata:”Bersama-sama dengan orang-orang yang telah Engkau anugerahi nikmat, yaitu: para Nabi, para shidiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang yang saleh. Ya Allah, ampunilah dan kasihanilah aku, pertemukan aku dengan kekasih Yang Maha Tinggi, Ya Allah kekasih Yang Maha Tinggi.”(Shahih Bukhari, bab Sakitnya Nabi dan bab Petkataan terakhir yang diucapkan Nabi II/638,639. 640,641). Beliau mengulangi kalimat yang terakhir ini tiga kali, kemudian tangannya miring dan beliau pun akhirnya berjumpa dengan kekasih Yang Maha Tinggi, Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun.

Kejadian ini berlangsung pada saat waktu dhuha sedang panas-panasnya, yaitu pada hari senin 12 Rabi’ul awwal tahun 11 hijriyah, umur beliau saat itu telah mencapai 63 tahun lebih empat hari.

Puncak Kesedihan Para Sahabat
Tersebarlah berita yang menyedihkan itu, langit dan penjuru kota Madinah pun menjadi kelabu. Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata:”Aku tidak mendapatkan hari yang lebih indah dan lebih bercahaya dari pada hari kala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memasuki kota Madinah, dan aku tidak pernah mendapatkan hari yang lebih buruk dan lebih gelap dari pada hari ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat.” (Diriwayatkan oleh ad-Darimi dalam Misykatul Mashabih II/547)

Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat, Fathimah radhiyallahu ‘anha berkata:”Wahai ayahku yang telah memenuhi panggilan Tuhannya, wahai ayahku yang Surga Firdaus menjadi tempat tinggalnya, wahai ayahku, kepada Jibril ‘alaihissalam kami mengadukan kematian ini.”(Shahih al-Bukhari bab Sakitnya Nabi II/641)

(Sumber: Sirah Nabawiyah, Shafiyurrahman al-Mubarakfury (Edisi Indonesia), Pustaka al-Sofwa, hal 642-645 oleh Abu Yusuf Sujono)

sumber : www.alsofwah.or.id
.
Jika berkenan mohon bantu subscribe channel admin, makasiiiihh!!