Widget HTML Atas

.

Samsung "Persenjatai" Guru Gunakan Teknologi sebagai Media Ajar

Samsung "Persenjatai" Guru Gunakan Teknologi sebagai Media Ajar-- KOMPAS.com - Teknologi adalah senjata guru untuk menghadapi perkembangan zaman yang terus bergulir. Bekal memahami teknologi sebagai media ajar di sekolah harus mumpuni untuk menciptakan proses belajar lebih efisien, menarik dan interaktif.

"Saya tahu siswa-siswi atau guru di sini punya smartphone, tapi 80 persen di antara mereka hanya memakainya untuk telepon, media sosial atau SMS," ujar Anshar Syukur, Guru SMK Negeri Takalar, usai peresmian program 'Dari Samsung untuk Guru Indonesia' di Makassar, Selasa (27/2/2017).

Sebagai pendidik, lanjut dia, itu adalah tantangan. Betapa tidak. Hampir semua murid menguasai gadget untuk apa saja di tangan mereka, tapi tidak paham jika dijadikan alat belajar.

Lebih miris lagi, kata Anshar, guru tidak memahami "senjata" yang dikuasai para muridnya itu. Guru gagap dengan kemajuan para anak didik yang mungkin lima langkah lebih jauh dari mereka.

Memang, salah satu kendala pemanfataan teknologi dalam metode pengajaran adalah keterbatasan guru-guru Indonesia menggunakan gadget. Bahkan, bukan hanya di Sulawesi Selatan bahwa, sebagian besar di antara para guru itu belum akrab sama sekali dengan teknologi.

Kenyataan itu sangat dekat dengan penelitian yang bahkan sudah dilakukan Bambang Sumintono dari University Malaya pada 2012 lalu. Hasil penelitiannya di Bali, Sulawesi, Jawa Tengah, dan Papua mendapati bahwa hanya 30 persen guru mengakses internet untuk mencari informasi dan hanya 4 persen yang mencari informasi mengenai ilmu pengetahuan dan bahan ajar secara spesifik.

Ini jelas berbeda dengan siswa-siswi Indonesia, yang berdasarkan riset UNICEF pada 2014 lalu memaparkan bahwa 80 persen di antara mereka sudah mengakses internet menggunakan tablet, laptop, maupun smartphone. Selain aktif di media sosial, mereka sudah mulai mengerjakan tugas-tugas sekolahnya dengan gadget.

"Kami menyadari bahwa sebagian besar guru di Indonesia masih memiliki kendala dalam memakai perangkat-perangkat teknologi. Oleh karena itu, kami menyiapkan kurikulum pelatihan e-learning dan pelatihan dasar menggunakan software umum seperti powerpoint, excel, dan banyak lagi," ujar Ramli Rahim, Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI).

Untuk memuluskan tujuannya, IGI bekerjasama dengan PT Samsung Electronics Indonesia membangun fasilitas Samsung Learning Class, yaitu sebuah ruang berbasis Teknologi, Informasi dan Komunikasi di Makassar, Sulawesi Selatan. Program ini sudah diinisiasi sejak Agustus 2016 lalu.

"Ada 17 kanal pelatihan bisa diikuti para guru. Ini terbuka untuk semua guru, bukan cuma anggota IGI. Sekarang ini sudah ada 1.000 guru akan menerima pelatihan di berbagai wilayah Indonesia, bukan cuma di Sulsel," ujar Ramli.

Hingga akhir 2017 nanti IGI menargetkan bisa memberikan pelatihan sebanyak 500.000 guru dari seluruh Indonesia. Khusus di Samsung Smart Learning Class, lanjut Ramli, pihaknya membidik 23.000 guru dalam setahun ini.

Senjata guru

Satu guru satu inovasi (Sagusanov) atau satu guru satu blog (Sagusablog) itu hanya dua dari 17 kanal pelatihan yang harus dilewatkan para guru di Samsung Smart Learning Class tersebut.

Perlu dicatat, tidak semua guru akan lulus dan mendapat sertifikat dengan mudah dalam pelatihan, karena selama beberapa puluh jam belajar di situ mereka harus bisa membuat satu karya sebagai predikat "lulus" dari pelatihannya.

"Mereka akan mengikuti 32 jam atau 80 jam pelatihan. Sertifikat tidak kami berikan kalau karyanya tidak ada. Satu guru satu karya, itu intinya," ujar Ramli.

Kanghyun Lee, Vice President Corporate Business and Corporate Affairs PT Samsung Electronics Indonesia mengatakan bahwa upaya ini benar-benar bisa terlaksana setelah bekerjasama dengan para guru di IGI. Dia mengakui, saat ini tidak mungkin semua daerah bisa terjangkau dengan program tersebut.

"Kini dunia pendidikan sudah melahirkan konsep belajar atau kelas berbasis TIK. Untuk itu, kami terbuka untuk semua pihak untuk bekerja sama, karena memang tidak mungkin semua daerah bisa kami capai. Kami hanya membuka jalan." ujar Lee.

Ada 53 tablet cerdas disiapkan oleh Samsung untuk mendorong IGI "mempersenjatai" para guru tersebut. Sebanyak 30 tablet dipakai di dalam kelas, 23 sisanya dibawa IGI untuk berkeliling melatih guru di daerah-daerah pelosok atau pedalaman.

Lewat program 'School Visit', para guru IGI menyambangi guru-guru di daerah yang tidak bisa mengikuti kelas di Makassar. Jika pelatihan di kelas digelar Senin sampai Kamis, perjalanan training of coach ke daerah-daerah itu dilakukan saban Sabtu dan Minggu.

Anshar Syukur, Guru Teknik Komputer dan Jaringan dari SMK Negeri Takalar, mengakui bahwa dia adalah salah satu lulusan program kelas yang kini sudah berani "sombong" bisa memakai tablet di tangannya untuk mengajar apapun sesuai kurikulum sekolah. Sejak dibekali 7 kanal pelatihan oleh IGI - Samsung di Surabaya tahun lalu, Anshar kini menjadi guru yang piawai memakai gadget untuk media ajar.

"Saya tertarik memakai tablet untuk pembelajaran lewat fitur-fitur di dalamnya, misalnya powerpoint atau game. Apalagi di dalamnya ada kids mode yang aman untuk anak-anak," ujar guru yang membuat karya 'Animasi Drawing dengan Komik' dalam pelatihannya ini.

http://edukasi.kompas.com/read/2017/03/01/09111051/samsung.mulai.persenjatai.guru
Jika berkenan mohon bantu subscribe channel admin, makasiiiihh!!